• Belajar Memetamorfosis Diri khusus Mahasiswa

    Yaaah jabatan tertinggi dalam dunia pendidikan adalah mahasiawa. Di dunia ini yang menggunakan kata maha hanya ada dua, yaitu Maha dari sifat Tuhan dan Mahasiswa. Sungguh teramat sangat beruntung saya, orang desa di kaki gunung sindoro sumbing bisa mendapat sebutan seperti Tuhan. Harusnya lebih cocok di panggil santri saja dari pada mahasiswa, yang tentunya memiliki filosofi yang mendalam.

    "Kuliah pulang kuliah pulang" label baru bagi mahasiswa semester satu yang dengan kepolosannya seakan hidup tanpa dosa. Termasuk saya, Jogja yang katanya kota istimewa serasa menjadi neraka buat saya, yang menolak bukan hanya akal tapi juga hasrat. Apalagi semboyan Kupu", ini benar-benar memberatkan akal sehat saya, ini kutukan ini azab mungkin. Sungguh jauh dari rumah dan hidup sendiri sangat menjijikan.

    Tiga bulan berjalan, berawal dari keisenganku melihat woro-woro di papan pengumuman maskam tentang open recruitment (marbot) masjid. Ketika membacanya, seakan ini menjadi semacam ilham dari Tuhan buat mahasiswa rendahan seperti saya. Sdr. Dede Dikdik tertera dalam kertas itu, dengan model sms hape jadul bukan smartphone saya japri Beliau. Sekedar bincang-bincang awalnya dan benar Tuhan memang sedang mengajak saya bercanda "ini keajaiban" saya bisa tinggal di Masjid sampai muncul statment di otak saya "yess beban kos setidaknya tidak lagi memberatkan orang tua saya."

    Saya rasa ini surga yang diberikan Tuhan di dunia. Yah jabatan baru saya Mahasiswa Takmir. Bangga bukan bisa mengurangi beban orang tua (kos).

    Dengan mengalirnya waktu saya di kenalkan kembali dengan ilham yang kedua oleh mas Dede, yaitu menjadi bagian dari Khyangan Multimedia. Kosong difikiran saya yang pertama hadir ketika mendengarnya. Tidak salah lagi Tuhan memang suka mengajak bercanda.

    Kahyangan Multimedia penyedia jasa Sewa Proyektor dan Screen, yaah seperti yang tertera pada namanya. Kahyangan adalah sebuah tempat dimana para dewa-dewa berkumpul. Tapi ini di dunia nyata. Satu dua tiga empat hari saya mulai merasakan kenikmatan-kenikmatan otak kenikmatan waktu. Bagaimana tidak, pangkat Kemahasiswaan saya disandingi dengan Takmir dan Kerja. Dan kata "Sibuk" tidak pernah saya kenal, kata itu telah berubah menjadi "Kenikmatan" buat saya. Ini hanya masalah membagi waktu saja dan sejauh ini mungkin bisa di bilang saya sedikit berhasil membangi waktunya.

    Kuliah oke masjid lancar organisasi ora keri dan uang jajanpun tercukupi, "nikmat Tuhan manakah lagi yang kau dustakan." Serta semua yanh saya lakukan tentu tidak berkenti pada material saja. Karena sebenarnya saya lebih suka menyebut pekerjaan ini dengan uslun " belajar yang di bayar." Iyaaa benar, banyak sekali ilmu yang saya dapatkan di sini.

    Pada akhirnya ada satu kalimat yang saya pakai dalam menyelami ke Dewaan ini, yaitu "selagi orang lain bisa kenapa kita tidak, Tuhan melihat usahamu bukan hasilmu karena hasil adalah hak prerogratif Tuhan"

    Mahasiswa kupu-kupu pun sekarang sudah ber metamorfosis dan kembali menjadi ulat untuk mencapai kesempurnaan baru.
  • 0 komentar:

    Posting Komentar